Selasa, 30 Oktober 2012

Buruknya pelayanan masyarakat oleh aparatur negara

Tulisan pertama


Pada kesempatan kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya membuat SIM A mandiri tanpa metode tembak-tembakan.

Suatu hari di bulan September, Senin pagi saya memutuskan untuk mengurus pembuatan SIM secara mandiri ke Polres Kota Bekasi setelah sekian lama saya berniat untuk mengurus semua secara mandiri, tanpa ada campur tangan orang tua dan biro jasa. Saya berangkat dari rumah pukul 09.00 WIB dengan dibekali uang sejumlah Rp400.000, tadinya ayah saya ingin membekali saya dengan uang yang cukup untuk menggunakan metode tembak-menembak yang mulus lus lus tanpa ujian dan keribetan-keribetan lainnya yang membuat pusing kepala. Tapi karena niat saya untuk bersih sudah membatu, saya tolak tawarannya.

Sampai di Polres pukul 09.42 WIB, saya parkir kendaraan di apotek. Disinilah mulai terjadi bisikan-bisikan setan yang bertanya "Bikin SIM, mas?", "Mau dibantu?". Dan yang membuat saya mual dan ingin muntah adalah Oknum Polisi sendiri yang menawarkan jasa seperti itu kepada saya. Saya sebut oknum karena tak semua polisi kelakuannya seperti itu.
Ketika saya masuk ke sentra pelayanan SIM, saya kembali dibuat mual karena sebelumnya saya harus cek kesehatan sebagai syarat pembuatan SIM, yang paling menyebalkan adalah saya harus keluar lagi kantor dan memutar cukup jauh untuk menuju ruangan tes kesehatan. Lebih menyebalkan lagi ternyata di kantor ada pintu belakang yang sebenarnya tembus ke ruang tes kesehatan tapi tidak dibuka. Saya pikir ini sengaja tidak dibuka karena hal ini mengkondisikan keribetan yang diceritakan oleh para calo yang membuat masyarakat terpaksa pakai calo.

Setelah selesai cek kesehatan dan mata yang menurut saya "tolol" itu , saya langsung menuju ke tempat pembelian formulir dan asuransi. Lanjut ke ruang tes tertulis yang ramai sekali sampai-sampai saya harus antri tempat duduk. Yang menggelitik saya adalah ketika tes ada seorang bapak yang telpon calonya bertanya seperti ini "Mas, ini isinya asal-asalan aja, kan?" saya tebak si calo pasti menjawab "iya". Tebakan saya bukan tanpa alasan, pasalnya si bapak memang benar-benar mengisi lembar tes tertulis dengan asal-asalan dengan total waktu yang dia pakai untuk menyelesaikannya kurang dari 3 menit. Jadi ini modus terbaru calo?semua konsumennya harus mengikuti tahap ujian tapi hanya sebagai formalitas karena saya lihat lembar jawabannya ditandai dengan huruf aneh.

Setelah saya dapat pengumuman lulus, buru-buru saya menghampiri tempat ujian praktek yang lebih mirip tempat parkiran. Saya tidak lihat peralatan yang cukup untuk tes praktik. Setelah saya tanya seorang pedagang, jawaban dia seperti ini "Tempat tesnya baru pindah kesini karena sebelumnya di GOR bekasi, jadi ya alakadarnya dulu, mas. Sementara aja ini". Karena tidak ada antrian, saya langsung dipanggil instruktur untuk segera memulai tes. Nah, di titik ini saya merasa ada yang aneh di tubuh saya. Grogi bukan main terlebih mobil yang saya pakai bentuknya besar dan saya tidak pernah memakainya sebelumnya.
Bisa ditebak, saya gagal untuk kali ini dan pada pukul 11.00 tepat saya keluar dari kantor Polisi dengan perut yang masih mual dan akhirnya terpaksa harus saya muntahkan di kamar mandi kemudian minggu depannya saya kembali lagi dan akhirnya saya lulus dengan latihan yang intens sebelumnya. Rincian biaya yang saya keluarkan adalah :

Tes kesehatan : Rp25.000
Asuransi         : Rp25.000
Formulir         : Rp120.000

Total biaya yang keluar Rp170.000, namun karena minggu depannya saya harus balik lagi, jadi ada penambahan ongkos.Sekian


Tulisan kedua

Setelah mengalami serangkaian keribetan yang disebabkan oleh birokrasi yang aneh, saya berpendapat bahwa sesungguhnya calo dan oknum itu sudah bekerjasama untuk mengkondisikan keadaan seaneh mungkin demi malasnya masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya dan pada akhirnya menggunakan jasa si calo itu. Masalah ini hampir terjadi di seluruh fasilitas pelayanan publik, seperti di kelurahan, kecamatan dll.Menyebalkan.

Memalukan memang seorang abdi negara, pengayom masyarakat tapi mereka "jual diri" dan menginjak-injak seragam mereka sendiri tanpa mereka sadari. Akan tetapi semua ini bisa kita cegah dengan menanamkan mindset bahwa kalau kita makin permisif terhadap mereka, selamanya mereka akan menjadi seperti itu. "Djangan Jadi penyuap!" itu yang saya tanamkan dalam pikiran saya yang setidaknya sampai detik ini mampu menjaga diri saya dari perbuatan hina seperti itu.

Dan untuk pelayanan SIM yang menyebalkan itu, saya bengkokan seluruh jempol yang saya punya menghadap kebawah untuk penilaiannya. Bagaimana tidak, hal seperti itu yang membuat angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas terus naik setiap waktu. Melalui ini, saya merekomendasikan pembaca untuk mengurus keperluan anda sendiri!jangan minta bantuan orang lain.
Dengan cara ini, lama kelamaan lahan si calo itu akan habis dengan sendirinya




0 komentar:

Posting Komentar