Minggu, 25 September 2011

2 of 3 memorable movie : 3 hari untuk selamanya


Sutradara Riri Riza
Produser Mira Lesmana
Penulis Sinar Ayu Massie
Pemeran Nicholas Saputra
Adinia Wirasti
Musik oleh Float
Distributor Miles Films








Wah, selamat datang di bagian ke-2 dari trilogi review tentang film paling memorable (versi saya tentunya…). Dalam bagian ke-2 ini saya akan mereview sebuah film hasil kolaborasi Riri Riza dan Mira Lesmana yang berjudul “3 hari untuk selamanya”. Baiklah, tanpa basa-basi yang lama-lama bisa bikin basi, mari ke bagian inti saja.

Adakah diantara anda yang sudah menonton film ini?film ini memang sudah agak lama, film ini direlease tahun 2007. Kalau jawaban anda “sudah”, lalu apa pendapat anda tentang film ini?saya telah bertanya kepada 5 dari 7 orang teman saya yang sudah menonton film ini. Tahukah anda jawaban mereka?mereka menjawab dengan datarnya “biasa aja ah, nothing special”.

Film ini berkisah tentang dua orang bersaudara, yaitu Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Adinia Wirasti). Yang diberi amanat untuk mengantar piring untuk tradisi widodareni (semoga saya tidak salah tulis)/malam sebelum pernikahan kakaknya Ambar ke Yogyakarta.
Sebenarnya hanya Yusuf yang ditugasi membawanya lewat jalur darat (karena ibunda Ambar tak percaya kalau dibawa dengan pesawat), namun karena satu hal, Ambar ketinggalan pesawat.
Jadilah mereka berdua menempuh jalan darat menuju Yogyakarta. Perjalanan harusnya ditempuh hanya dalam waktu 1 hari, namun karena satu dan lain hal perjalanan itu molor menjadi 3 hari…dan cerita dimulai.sekian

Film ini memang terlalu “biasa” untuk sebagian orang, tapi buat saya justru karena terlalu “biasa”, makanya saya anggap jadi luar biasa (lebay!) tema film ini memang sederhana sekali, perjalanan dua orang bersaudara, Yusuf sudah kuliah sedangkan Ambar baru lulus SMU. Terlihat sekali sutradara disini ingin mentabrakan 2 orang dengan karakter yang sangat berbeda.
Ambar terkesan sangat manja dan kekanak-kanakan, sedangkan Yusuf sikapnya sangat dewasa dan “ngemong” banget. Tapi keduanya punya kesamaan, suka nge-fly

Dalam film ini, memang terkesan sangat datar dan lama sekali tanpa ada klimaks ataupun adegan-adegan kejutan sepanjang film diputar. Hanya celoteh-celotehan wajar anak muda yang tertutur sepanjang perjalanan mereka. Hal ini pasti akan membuat sebagian dari anda bosan.
Dan juga film ini ber-rating 18+, bukan karena banyak adegan tidak senonoh yang ditampilkan. Melainkan penggunaan ganja atau “baks” secara eksplisit dan dengan intensitas yang tidak sedikit.

Dalam film ini, kita akan melihat perjalanan mereka menuju Yogyakarta melalui jalan tol cipularang, lewat jalur selatan dan akhirnya masuk ke pantura juga. Sepanjang jalan, sutradara sama sekali tidak mengekspos keindahan-keindahan seperti kebanyakan film. Semua pemandangan yang kita lihat sepanjang film di-shoot dengan apa adanya tanpa dibuat-buat.
Kalaupun ada yang dibuat-buat, ada satu adegan dimana Yusuf sangat mengantuk dan dia berhalusinasi melihat babi, gajah dan macan lewat di depan mobilnya.
Segala pemandangan yang kita lihat sepaerti kuburan di pinggir jalan, penjual batu nisan, kecelakaan, peminta sumbangan masjid, dan pawai anak sekolah itu sering kita lihat di sepanjang jalur pantura.
Jadi, anda sudah tahu dimana letak keistimewaan film ini, bukan?

Sepanjang film, anda akan ditemani soundtrack yang diisi oleh band Indonesia yang bernama “float”. Lagunya easy listening, groovy, dan sangat cocok di tiap scene dalam film ini. Lagi-lagi penata suara bekerja sangat baik di film ini.
Satu hal yang mengganggu jalan cerita adalah adanya beberapa scene yang terpotong (katanya karena terlalu vulgar), tapi percayalah pada saya, kealphaannya beberapa scene ini akan membuat anda sangat penasaran dan yang pasti mengganggu kenikmatan menonton anda.
Tapi saya mengira-ngira salah satu scene yang hilang itu adalah adegan gempa di Yogya, itu terlihat karena setelah layar hitam yang menyeblkan tampil, Yusuf sudah sampai di Yogya dan terlihat ada beberapa bangunan yang rata dengan tanah.

Menurut saya, film ini patut diberi rating 7/10, meskipun ada beberapa scene yang terpotong dan membuat saya sampai sekarang penasaran, film ini tetap istimewa buat saya. Dan salah satu ciri khas Riri riza adalah idealismenya dalam membuat film yang selalu memberi "pesan" ketimbang sekedar mengejar komersialisma. sekian review acak-acakan ala newbie.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

mereka kakak beradik? ngeri banget ada adegan pake narkobanya, *eh iyakan?

Rizki Fathoni mengatakan...

sepupuan, yoi
tapi ending dari mereka menarik.hehehehe

Anonim mengatakan...

Yg pnasaran pas mereka b2 dkamar, trus layar gelap lagi.

Kayanya mreka saling suka kan?

Rizki Fathoni mengatakan...

yap!itu dia inti dari film-nya

Anonim mengatakan...

Ingat Baks bukan narkotika !

Unknown mengatakan...

Yomaan bangetlah film ini Sinopsis dan Jalan Cerita Film

Posting Komentar