Kamis, 20 Oktober 2011

FIKSI : The End of The Story

Sutradara Mouly Surya
Produser Parama Wirasmo
Tia Hasibuan
Sapto Soetarjo
Penulis Joko Anwar
Pemeran Ladya Cheryl
Donny Alamsyah
Kinaryosih
Inong
Soultan Saladin
Rina Hasyim
Egi Fedly
Jose Rizal Manua
Aty Cancer
Musik oleh Zeke Khaseli
Distributor Cinesurya Productions
Durasi 110 menit

 Saya cinta film, saya menikmatinya sampai mabuk dan saya tak akan pernah berhenti menonton.
Kali ini saya ingin mereview kembali sebuah film yang menurut saya patut untuk dimasukkan ke list “Film-film Indonesia terbaik”. Jangan tanyakan kenapa, karena saya pun tak tahu mengapa saya memasukkan FIKSI ke dalam list tersebut. Daripada banyak bertanya, beli saja dvd atau vcd originalnya dan tonton segera.

“SAKIT!”
Kata-kata itu yang muncul di benak saya ketika layar komputer saya menghitam pertanda filmnya berakhir. Mengapa demikian? SAKIT disini bukan makna yang sebenarnya, saya katakan SAKIT karena alur cerita film ini membuat saya “SAKIT” dan “GILA”.

Cerita film ini sebenarnya simpel-simpel aja, bercerita tentang seorang gadis yang ta pernah merasa hidup di rumahnya. Ia dilanda kebosanan yang akut dan ingin mencari kesibukan.
Suatu ketika ia melihat seorang pria yang membersihkan kolam renang dirumahnya yang juga seorang penulis “tanggung”, lalu ia jatuh cinta setengah mati, terobsesi hingga kabur secara halus dari “neraka.”

Lagi-lagi saya terpana dengan dialog-dialog sederhana yang penuh makna dan sama sekali tidak ada yang sia-sia. Di film ini yang paling saya ingat adalah ketika Bari menuturkan dengan sederhana dan ciamik tentang siapa-siapa saja manusia yang tinggal di rumah susun.
Dan yang paling saya ingat adalah ketika dia menuturkan bahwa di lantai 7 kebanyakan dihuni oleh kaum homo (errgggghhh) homo lagi?apa karena ada campur tangan Joko Anwar dalam film ini?anda tentunya tahu bahwa sebagian film beliau ada homo-nya. Sang tokoh utama (Ladya Cheryl) juga sangat mendukung untuk memerankan tokoh seperti ini, selain aktingnya yang ciamik, wajahnya juga cantik tapi dingin sekali seperti tipe psikopat-psikopat dalam film horror

Buat anda yang nggak suka film drama-drama macam begini, saya yakin anda akan tertidur kebosanan.
Tapi plis tunggu dulu, jangan matikan player anda karena saya berani bersumpah bahwa klimaks dari film ini sungguh ciamik. Dimana Mia membantu Bari menyelesaikan satu per satu cerita yang ditulisnya dengan cara-cara yang abnormal, amoral, dan sungguh tak lazim.
Dan pada akhir cerita anda akan menemukan ending yang tak terduga.

Dan, mengingat skenario film ini ditulis oleh Joko Anwar, kita kemudian melihat adanya kemiripan "pola" dengan salah satu karya dia sebelumnya, Kala (bedanya yang satu disutradarai Joko sendiri dan satunya oleh orang lain). Tidak hanya dalam pendekatan noir yang diterapkan, kemiripan itu juga terjadi pada persambungan antara dongeng yang diusungnya dengan realitas-aktual di luar cerita. Pada Kala kita masih ingat, ada isu kekerasan hingga politik. Pada Fiksi, ada isu sosiologis masyarakat kelas bawah yang harus membayar ongkos (baca: menjadi korban) pembangunan kota. Meramu dongeng (tentang putri dari dunia mimpi yang terobsesi pada cinta dan sebagainya) dengan kenyataan (kehidupan rumah susun yang sedang ditulis menjadi novel oleh salah satu penghuninya) bukankah hal yang mudah dan tak berisiko. Film ini dengan baik telah melakukannya, menaklukkan sejumlah risiko yang mungkin, dan dalam hal ini mungkin lebih baik ketimbang yang telah dicapai Kala. (tentunya ada ciri khas Joko Anwar, kalau bukan Homo, Wanita hamil.diantaranya pasti ada di setiap film-film karya Joko)



Detail rumah susun yang diceritakan dalam film ini :

  • Lantai Satu: Pusat bisnis dan kebutuhan bagi penghuni rumah susun yang serba ada.
  • Lantai Dua: Lantai yang dihuni keluarga-keluarga biasa.
  • Lantai Tiga: Lantai yang dihuni oleh banci dan transeksual.
  • Lantai Empat: Lantai yang dihuni oleh para pelacur high-class.
  • Lantai Lima: Pusat penjualan obat narkotik yang terkenal di rumah susun dan sekitarnya.
  • Lantai Enam: Lantai yang dihuni oleh mahasiswa dan pekerja kantoran.
  • Lantai Tujuh: Lantai yang dihuni oleh kaum gay yang setiap Jumat Malam mengadakan pesta.
  • Lantai Delapan: Lantai yang dihuni oleh para istri simpanan.
  • Lantai Sembilan: Lantai yang dibiarkan kosong, konon disana banyak setan gentayangan.

0 komentar:

Posting Komentar