10 November 2011
Genre :
Drama
Studio :
Salto Film Company
Starring :
Pia Nasution, Oka Antara, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Landung Simatupang, Tio Pakusadewo, Happy Salma, Lukman Sardi, Hendro Djarot
Pia Nasution, Oka Antara, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Landung Simatupang, Tio Pakusadewo, Happy Salma, Lukman Sardi, Hendro Djarot
Film ini saya tonton tanggal 17 November 2011 kemarin, dan film ini saya tonton hanya dengan 6 orang penonton di studio 4 21 Cibubur Junction!kebetulan saya berdua dengan teman saya yang juga suka film-film Indonesia. Jujur saya agak geram, saat saya datang film sudah dimulai 2 menit namun cuma ada 6 orang di dalamnya padahal ini film yang sangat-sangat-sangat-sangat bagus menurut saya.
Kedua orangtua Srintil meninggal karena keracunan tempe bongkrek atas tuduhan warga semasa kecilnya. Beranjak dewasa ia seakan memiliki kewajiban untuk memulihkan nama baik keluarga, salah satu cara adalah menjadi penari ronggeng sesuai bakat magis yang dimilikinya. Adalah Rasus yang mengasihi Srintil sejak kecil hingga beranjak dewasa memadu kasih bersama. Keputusan Srintil menjadi ronggeng mengecewakan Rasus yang kemudian pergi mengabdi negara sebagai tentara muda pemberantas gerakan komunis. Terpisah selama bertahun-tahun, Rasus masih berupaya menemukan Srintil meskipun situasi di antara keduanya tak lagi sama.
Komentar :
Mengingat cerita dari film ini diadaptasi dari novel ronggeng dukuh paruk yang belum pernah saya baca, saya datang ke bioskop dengan modal kesiapan mental, jiwa yang sehat, open-minded untuk mengerti keseluruhan jalan cerita film ini.
"Dramatisasi film ini lebih berani dari novel saya. Ini akan jadi dokumentasi visual penting jaman itu. Saya menangis. Saya datang sebagai penonton dan saya terhanyut."
Ahmad Tohari tentang film Sang Penari.
Komentar dari sang novelis tersebut memang benar, kalau boleh saya jujur saya akan menangis karena begitu indahnya kisah dalam film ini. Yang paling saya kagumi adalah adegan tentara sedang mengeksekusi satu per satu orang-orang yang diindikasi terlibat dalam gerakan G30S-PKI, saya menilai adanya adegan tersebut sangat berani. belum pernah saya lihat ada film yang memperlihatkan adegan seperti ini (mudah-mudahan nggak ada pihak yang usil).
Prisia Nasution sebagai Srintil menari dengan hati, saya melihat seperti ada emosi yang terbawa dalam tariannya dan tariannya sukses membuat pikiran saya menari sampai akhir dari film ini, lalu di pemeran Pria ada Oka Antara sebagai Rasus, seperti biasanya Oka selalu bermain total dalam setiap film yang dilakoninya.
Ada satu karakter yang paling menarik perhatian saya, yaitu Hendro Jarot sebagai Sakum, orang buta ini seperti kuncen film ini yang membuat saya penasaran dengannya sampai akhir film. Belum lagi kehadiran Lukman Sardi (kang Bakar) dengan segala agenda tersembunyinya benar-benar menjadi kosmetik yang mempercantik film ini
Music scoring dari Aksan-Titi Sjuman yang ciamik membawa suasana magis ke dalam ruang studio yang gelap sukses membuat saya makin terpana dengan film ini, dana pada akhir cerita sebuah scene yang menyentuh dimana Rasus tak bisa menyelamatkan Srintil dari eksekusi yang harus dijalaninya.
Pada akhirnya, Rasusmewariskan keris ronggeng ke seorang penari lainnya dengan perasaan yang susah ditebak. Sungguh ending yang benar-benar artistik dari sebuah film Indonesia.
Saya beri nilai 8 dari 10 untuk film ini.Sekian
0 komentar:
Posting Komentar